Biologi Tanah Observasi dan Identifikasi Mikrofauna, Mesofauna, dan Makrofauna Tanah, serta Identifikasi Cacing Tanah
A. PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Tanah dihuni
oleh bermacam-macam mikroorganisme. Mikroorganisme ini mempunyai pengaruh
terhadap sifat fisik dan kimia tanah. Mikroorganisme bertanggung jawab atas
pelapukan bahan organik dan pendauran unsur hara. Semakin banyak mikroorganisme
dalam tanah, semakin subur tanah tersebut. Mikroorganisme berperan dalam
menjaga kesuburan tanah. Hal ini dikarenakan dalam tanah tersebut dipastikan
terdapat suplai makanan, aliran energi yang cukup, temperatur yang sesuai,
serta ketersediaan air yang cukup, dan juga faktor ekologi lainnya sehingga
mendukung pertumbuhan mikroorganisme dalam tanah tersebut.
Metode slide contact merupakan pengamatan
mikroorganisme tanah yang menempel pada gelas slide yang dibenamkan ke dalam
tanah selama beberapa waktu. Tujuannya adalah untuk mengamati populasi
mikroorganisme tanah dalam keadaan alami. Pemindahan mikroorganisme kedalam
gelas slide memungkinkan pengamatan yang baik karena menghilangkan kesalahan
yang disebabkan oleh adanya partikel tanah.
Bakteri
bintil akar atau rhizobia merupakan bakteri rizosfir yang mampu melakukan
penambatan nitrogen udara melalui simbiosis dengan tanaman kacang-kacangan.
Secara genetik bakteri ini sangat beragam dan secara fisiologi merupakan
kelompok mikroorganisme yang heterogen, oleh karena itu diklasifikasikan sesuai
kemampuannya membentuk bintil akar pada sekelompok tanaman dari famili Leguminosae. Asosiasi antara bakteri Rhizobium sp dengan tanaman famili Leguminosae ini merupakan hubungan
simbiotik mutualisme. Dalam hal ini kacang-kacangan memberikan tempat tempat
tinggal dan memberi makanan bagibakteri Rhizobium
sp. Sedangkan, Rhizobium spmembantu
kacang-kacangan untuk mendapatkan sari-sari makanan N (nitrogen) yang berasal
dari udara.
Pada
praktikum kali ini, praktikan akan mengamati mikrofauna, mesofauna, dan
makrofauna. Praktikan akan mengamati mikroba tanah dengan metode slide kontak
dan rhizobium dengan pengecatan sederhana.Tujuan pengecatan ini supaya
rhizobium mudah diamati. Selain itu
praktikan juga menganalisis peran ekologis rhizobia dan mikroba tanah dalam
menjaga kesuburan tanah.
b. Tujuan
Praktikum
1. Mengamati mikroba tanah dengan metode
slide kontak dan rhizobium dengan
pengecatan sederhana.
2.
Menganalisis
peran ekologis rhizobia dan mikroba tanah dalam menjaga kesuburan tanah.
3.
Mengidentifikasi
cacing tanah.
4.
Mengetahui
cara pengamatan organisme yang hidup dalam tanah, khususnya mesofauna dan
makrofauna tanah.
5.
Menentukan
keanekaragaman mesofauna dan makrofauna tanah dalam area pengamatan tertentu.
6.
Menjelaskan
faktor-faktor yang mempengaruhi keanekaragaman mesofauna dan makrofauna tanah.
B. TINJAUAN
PUSTAKA
Tanah memiliki peran utama bagi kesinambungan kehidupan dipermukaan
bumi. Tanah juga merupakan tempat kehidupan yang secara makro menguntungkan
bagi kehidupan makhluk hidup lainya, termasuk manusia. Kehidupan mikroflora di dalam tanah yang berlapis-lapis,
bersama mikroflora dan fauna tanah lainnya amat berperan bagi genesis dan
perkembangan tanah serta bagi kesuburan tanah.
Bakteri, fungi dan antinomisetes paling menguasai. Populasi jasad renik
tanah setiap meter persegi tanah lapisan atas(0-15 cm) hiidup disekitar 103-1014
bakteri, fungi dan alga sampai 1010.
Organisme
tanah atau disebut juga biota tanah merupakan semua makhluk hidup, baik hewan
(fauna) maupun tumbuhan (flora) yang seluruh atau sebagian dari siklus
hidupnya berada dalam sistem tanah. Fauna tanah merupakan salah satu
makhluk hidup heterotrof yang hidupnya tergantung dari tersedianya makhluk
hidup produsen utama di dalam tanah (Richards, 1974).
Sebuah
klasifikasi umum mengkelaskan ukuran fauna tanah berdasarkan panjang
tubuhnya: mikrofauna, mesofauna, makrofauna dan megafauna. Klasifikasi
ini mencakup rentang ukuran dari yang terkecil sampai terbesar.
Lebar tubuh fauna itu berhubungan dengan mikrohabitatnya (Coleman
et al., 2004).
1.
Mikrofauna, memiliki rentang ukuran tubuh 20 μm
sampai 200 μm. Hanya ada satu kelompok pada kategori ini, yaitu Protozoa,
meskipun ukuran terkecil dari Tungau, Nematoda, Rotifera, Tardigrada dan
Crustacea dapat dimasukkan pada rentang ukuran tubuh ini.
2.
Mesofauna, memiliki rentang ukuran tubuh 200 μm
sampai 1 cm. Kelompok Mikroarthropoda (Acari/tungau dan Collembola)
adalah anggota penting dalam grup ini yang juga meliputi Nematoda, Rotifera,
Tardigrada serta sebagian besar kelompok Araneida (laba-laba), Chelonethi (kalajengking),
Opiliones Enchytraeidae, larva serangga, ukuran terkecil dari kaki seribu
dan Isopoda.
3.
Makrofauna, memiliki ukuran tubuh lebih dari 1
cm. Kategori ini meliputi kelompok Lumbricidae, Mollusca, serangga,
Arachnida yang berukuran besar dan vertebrata kecil penghuni tanah.
Beberapa fauna tanah merupakan
herbivora, karena mereka memakan langsung akar tanaman hidup, tetapi
paling banyak yang memakan bahan tanaman mati, mikroba yang berasosiasi
dengan akar tanaman mati, atau kombinasi dari keduanya. Fauna tanah
lainnya adalah karnivora, parasit dan predator (Coleman et al., 2004).
Selain itu pengelompokan fauna tanah
didasarkan keberadaannya di dalam tanah dibagi menjadi empat kategori, yaitu
transient, temporary, periodic dan permanent. Pengelompokan tersebut
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel
1. Pengelompokkan Fauna Tanah Berdasarkan Keberadaan di dalam Tanah
Kategori
|
Keterangan
|
Contoh
Fauna
|
Transient
|
Fauna
yang meletakkan telur dan kepompongnya di dalam tanah, tetapi
ketika masuk tahap kehidupan yang aktif tidak lagi berada di dalam
tubuh tanah
|
Beberapa
insekta
|
Temporary
|
Awal
kehidupan aktifnya berada di dalam tanah, sedangkan kehidupan
selanjutnya berada di luar tanah
|
Larva
dari insekta
|
Periodic
|
Fauna
yang sering sekali keluar masuk tanah
|
Bbrapa
insekta
|
Permanent
|
Seluruh
siklus hidupnya berlangsung di
dalam
tanah
|
Collembola,
Acari
|
Sumber:
Hole (1981) dalam Ma'shum et al. (2003)
Peranan Fauna Tanah
Wardle (2002) dalam Coleman et al.
(2004) mengemukakan tiga tingkat partisipasi fauna tanah terhadap proses
terbentuknya tanah. Sebagai ˝perekayasa ekosistem˝, seperti cacing tanah,
rayap dan semut dapat mengubah struktur fisik tanah serta mempengaruhi
ketersediaan nutrisi dan aliran energi bagi organisme lain. Sebagai
˝transformator serasah˝, seperti microarthropods, fragmen serasah yang membusuk
dapat meningkatkan ketersediaan mikroba. Sebagai ˝mikrojejaring makanan˝,
termasuk kelompok mikroba dan mikrofauna predator (Nematoda dan
Protozoa). Ketiga tingkat partisipasi ini beroperasi pada ukuran, tata
ruang dan skala waktu yang berbeda.
Serangga pemakan bahan organik yang
mambusuk, membantu merubah zat-zat yang membusuk menjadi zat-zat yang
lebih sederhana. Banyak jenis serangga yang meluangkan sebagian atau
seluruh hidup mereka di dalam tanah. Tanah tersebut memberikan serangga
suatu pemukiman atau sarang, pertahanan dan makanan. Tanah diterobos
sedemikian rupa sehingga tanah menjadi lebih mengandung udara, tanah juga
dapat diperkaya oleh hasil ekskresi dan tubuhtubuh serangga yang mati. Serangga
tanah memperbaiki sifat fisik tanah dan menambah kandungan bahan
organiknya (Borror et al., 1992).
Fauna tanah memainkan peranan yang
sangat penting dalam perombakan zat atau bahan-bahan organik dengan cara : (1)
Menghancurkan jaringan secara fisik dan meningkatkan ketersedian daerah bagi
aktivitas bakteri dan jamur, (2) Melakukan perombakan pada bahan pilihan
seperti gula, sellulosa dan sejenis lignin, (3) Merubah sisa-sisa tumbuhan
menjadi humus, (4) Menggabungkan bahan yang membusuk pada lapisan tanah bagian
atas, dan (5) Membentuk bahan organik dan bahan mineral tanah (Barnes, 1997).
Menurut Setiadi (1989), peranan
terpenting dari organisme tanah di dalam ekosistemnya adalah sebagai perombak
bahan anorganik yang tersedia bagi tumbuhan hijau. Nutrisi tanaman yang berasal
dari berbagau residu tanaman akan mengalami proses dekompososo sehingga
terbentuk humus sebagai sumber nutrisi bagi tanah. Dapat dikatakan bahwa
peranan ini sangat penting dalam dinamika ekosistem alam.
Suharjono (1997) menyebutkan beberapa
jenis fauna permukaan tanah dapat digunakan sebagai petunjuk (indikator)
terhadap kesuburan tanah atau keadaan tanah. Fauna tanah memperbaiki sifat
fisik tanah dan menambah kandungan bahan organiknya (Borror dkk,
1992). Pengaruh fauna tanah terhadap sifat tanah dalam ekosistem
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2.
Pengaruh Fauna Tanah terhadap Sifat Tanah dalam Ekosistem
Fauna
Tanah
|
Aktivitas
|
Pengaruh
terhadap Tanah
|
Mikrofauna
|
Mengatur
populasi bakteri
dan
fungi
Perombakan
unsur hara
|
Mempengaruhi
struktur agregat
tanah
dan berinteraksi dengan
mikroflora
|
Mesofauna
|
Mengatur
populasi fungi dan
mikrofauna
Perombakan
unsur hara
Menghancurkan
sisa
Tanaman
|
Menghasilkan
fecal pellets
Menciptakan
biopore
Meningkatkan
humifikasi
|
Makrofauna
|
Menghancurkan
sisa
tanaman
Merangsang
kegiatan
mikroorganisme
|
Mencampurkan
bahan organik
dan
bahan mineral
Penyebaran
bahan organik dan
mikroorganisme
Menciptakan
biopore
Meningkatkan
humifikasi
Menghasilkan
fecal pellets
|
Sumber:
Hendrix et al. (1990) dalam Coleman et al. (2004)
Indeks Diversitas
(Keanekaragaman) Fauna Tanah
Odum (1993) dalam Wulandari (1999),
menyatakan bahwa ada beberapa parameter yang dapat diukur untuk mengetahui
keadaan suatu ekosistem, misalnya dengan melihat keadaan nilai keanekaragaman.
Keanekaragaman fauna tanah dapat dilihat dengan menghitung indeks
diversitasnya. Ada dua faktor penting yang mempengaruhi keanekaragaman serangga
tanah, yaitu kekayaan spesies dan kemerataan spesies. Pada komunitas yang
stabil indeks kekayaan jenis dan indeks kemerataan jenis tinggi, sedangkan pada
komunitas yang terganggu karena adanya campur tangan manusia kemungkinan indeks
kekayaan jenis dan indeks kemerataan jenis rendah.
Untuk mengetahui kelimpahan, biomassa
dan keanekaragaman fauna tanah serta aktivitasnya di hutan, kebun dan sawah
tadah hujan dapat dievaluasi dengan berbagai metode seperti Litterbag dan Bait
lamina.
Faktor yang mempengaruhi
Aktivitas Fauna Tanah
Aktivitas fauna tanah pada umumnya
dipengaruhi oleh pH, kelembaban dan suhu tanah, reproduksi dan metabolisme,
kandungan bahan organik (Wallwork, 1970) serta kehadiran pesaing,
pemangsa dan struktur tanah (Purwowidodo, 2005) Agroekosistem dengan
pengolahan lahan yang secara fisik mempengaruhi agregasi tanah juga mempengaruhi
dinamika organisme tanah. Pengaruh penghancuran agregat tanah dalam pengolahan
berkaitan erat dengan peningkatan laju dekomposisi bahan organik yang akhirnya
berkaitan dengan aktivitas biota tanah. Faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhi aktivitas organisme tanah adalah ketersediaan hara dalam tanah,
air tanah, atmosfer tanah,potensi redoks tanah, kemasaman (pH) tanah,
temperatur tanah dan cahaya dalam tanah (Makalew, 2001).
Tian et al. (1997) menyatakan bahwa
bahan organik merupakan sumber energi bagi fauna tanah. Penambahan bahan
organik dalam tanah akan menyebabkan aktivitas dan populasi mikrobiologi
dalam tanah meningkat, terutama yang berkaitan dengan aktivitas
dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Fauna tanah berperan dalam proses
humifikasi dan mineralisasi atau pelepasan hara, bahkan ikut bertanggung
jawab terhadap pemeliharaan struktur tanah. Mikro flora dan fauna tanah saling
berinteraksi karena bahan organik menyediakan energi untuk tumbuh.
Tanah dihuni oleh bermacam-macam
mikroorganisme. Jumlah tiap grup mikroorganisme sangat bervariasi, ada yang
terdiri dari beberapa individu, akan tetapi ada pula yang jumlahnya mencapai
jutaan per gram tanah. Mikroorganisme tanah itu sendirilah yang bertanggung
jawab atas pelapukan bahan organik dan pendauran unsur hara. Dengan demikian
mikroorganisme tanah mempunyai pengaruh terhadap sifat fisik dan kimia tanah.
Bakteri merupakan kelompok mikroorganisme yang paling banyak jumlahnya. Dalam
tanah subur yang normal, terdapat 10 – 100 juta bakteri di dalam tanah. Angka
ini meningkat tergantung dari kandungan bahan organik suatu tanah tertentu.
Mikroorganisme sangat erat kaitanya
dengan kehidupan kita, ada beberapa diantaranya bermanfaat dan adapula yang
merugikan. Mikroorganisme terdapat dimana-mana didalam lingkungan kita, merekapun ada pada tubuh
kita dan disekeliling kita. Mereka merupakan komponen penting dalam ekosistem.
Di habitat
alamiahnya, mereka hidup dalam suatu komunitas yang terdiri dari berbagai jenis
mikroorganisme, bersama
spesies-spesies biologi lainnya. Didalam komunitas ini, satu spesies mikroba
dapat mempengaruhi spesies lain dengan berbagai cara-cara beberapa bersifat
menguntungkan beberapa merugikan.
Jumlah total mikroorganisme yang
terdapat di dalam tanah digunakan sebagai indeks kesuburan tanah (fertility indeks), tanpa
mempertimbangkan hal-hal lain. Tanah yang subur mengandung sejumlah
mikroorganisme, yang menggambarkan adanya suplai makanan atau energi yang cukup
ditambah lagi dengan temperatur yang sesuai, ketersediaan air yang cukup, kondisi
ekologi lain yang mendukung perkembangan mikroorganisme pada tanah tersebut.
Jumlah mikroorganisme sangat berguna dalam menentukan tempat organisme dalam
hubungannya dengan sistem perakaran, sisa bahan organik dan kedalaman profil
tanah.
Cara slide kontak adalah metode
pengamatan mikroorganisme tanah yang menempel pada gelas slide yang dibenamkan
ke dalam tanah selama beberapa waktu. Tujuan dari cara slide kontak ini adalah
untuk mengamati populasi mikroorganisme tanah dalam keadaan alami. Pemindahan mikroorganisme
ke dalam gelas slide memungkinkan pengamatan yang baik karena menghilangkan
kesalahan yang disebabkan oleh adanya partikel tanah.
Pembenaman gelas slide dilakukan
secara hati-hati ke dalam tanah, untuk mendapatkan sampel mikroorganisme tanah
dilakukan dengan cara menggosokkan bongkah tanah pada permukaan slide tersebut.
Pada waktu gelas slide dibenamkan untuk beberapa waktu di dalam tanah, kelompok
organisme yang dapat menempel pada permukaan slide dapat diamati. Bila
dikerjakan dengan hati-hati seandainya ada pembentukan spora maka spora
tersebut dapat diusahakan agar tetap utuh.
Demikian pula pengamatan terhadap
sifat – sifat koloni, bahan yang digunakan mikroorganisme sebagai sumber energi
dan responnya terhadap faktor lingkungan dan sebagainya dapat dilakukan.Cara
ini mempunyai arti yang sangat penting dalam mengamati hubungan penyusunan dan
morfologi mikroorganisme dalam tanah. Pembuatan foto akan sangat berguna dalam
penyampaian apa yang diperoleh. Dengan memanfaatkan gelas slide yang berbeda
baik dari segi waktu dan lama inkubasinya, maka urutan proses ekologi dari
mikroorganisme dapat diamati dan dipelajari. Metode ini adalah metode
kualitatif dan dengan cara ini isolasi sukar dilakukan. Koloni berkembang sesuai pada tempatnya pada gelas
slide. Bila isolasi dan identifikasi lebih lanjut dikehendaki, hal ini dapat
dilakukan akan tetapi tidak semua organisme dapat tumbuh pada media buatan.
Pemasukan gelas slide ke dalam tanah akan mengubah keadaan alami dengan
terbentuknya permukaan yang baru untuk kolonisasi, akan tetapi pengaruhnya
sukar dievaluasi.
Bakteri
merupakan makhluk hidup bersel satu, kelompok cocci berukuran sekitar 1,0 µm. Sedangkan kelompok bacili berukuran sekitar 10,0 µm dan
paling banyak terdapat di dalam tanah. Kromation bodies dalam sel bakteri
mengandung selulosa, tetapi mampu membentuik kapsul dan selaput lendir untuk menyesuaikan
diri dengan perubahan lingkungan yang
sangat cepat.
Rhizobium merupakan bakteri yang mampu
mengikat nitrogen dengan membentuk bintil akar pada tanaman kacang–kacangan, Rhizobium yang
efektif pada bintil akar mampu
memenuhi seluruh atau sebagian kebutuhan nitrogen bagi tanaman. Berdasarkan
kemampuan tersebut, rhizobium memiliki andil yang cukup besar dalam peningkatan
produktivitas pertanian, terutama tanaman kacang–kacangan. Dalam fiksasi
nitrogen, bakteri
melakukan simbiosa mutualistis dengan tanaman (misalnya Leguminosa) membentuk bintil–bintil akar tanaman, bakteri
mendapatkan makanannya dari tanaman inangnya, sedang kepentingan nitrogen bagi
tanaman itu disediakan oleh bakteri tadi. Hidup bersama antara bakteri dengan
tanaman yang saling menguntungkan disebut simbiosa mutualistis,
Bakteri bintil akar atau rhizobia
merupakan bakteri rizosfir yang mampu melakukan penambatan nitrogen udara melalui
simbiosis dengan tanaman kacang-kacangan, dan secara genetik sangat beragam dan
secara fisiologi merupakan kelompok mikroorganisme yang heterogen, oleh karena
itu diklasifikasikan sesuai kemampuannya membentuk bintil akar pada sekelompok
tanaman dari famili Leguminosae. Klasifikasi ini mengacu pada kelompok
”inokulasi silang”, dimana satu spesies Rhizobium dapat membentuk bintil
akar pada semua jenis legum dalam satu kelompok legum. Pengikatan nitrogen
udara dapat dilakukan oleh mikrobia baik secara simbiotik maupun non simbiotik.
Sebagai contoh pengikatan N simbiotik adalah asosiasi antara Rhizobium sp.
Cacing tanah merupakan hewan tingkat
rendah karena tidak memiliki tulang belakang (vertebrae), umumnya disebut
invertebrata. Cacing tanah dimasukkan dalam kelompok atau filum Annelida.
Annelida berasal dari kata Annulus yang berarti cincin. Tubuh cacing tanah
terdiri dari cincin-cincin atau segmen-segmen.
Filum Annelida terbagi menjadi dua
kelas yaitu kelas Oligochaeta dan kelas Polychaeta. Oligochaeta memiliki banyak
seta dan Polichaeta memiliki seta yang sedikit. Cacing tanah memiliki rambut
yang keras dan pendek pada setiap segmennya. Rambut yang keras dan pendek
disebut seta.
Cacing tanah banyak ditemukan di
daratan dan lautan, kelas polychaeta banyak hidup di lautan dan kelas
oligochaeta contohnya Lumbricusterretris banyak hidup di
daratan. Lumbricus terrestris disebut night crawler karena cacing ini banyak berkeliaran dan merayap pada
malam hari untuk mencari makanan, dan bersembunyi di lubangnya pada siang hari,
dan hidup pada tempat yang lembab.
Identifikasi cacing tanah :
Cara identifikasi cacing tanah dibagi
dua yaitu identifikasi secara kasar dan identifikasi secara detail.
Indentifikasi secara kasar dengan cara melihat bentuk luar tubuh cacing tanah
dan identifikasi secara detail dapat dilakukan dengan melihat organ atau
jaringan secara mikroskopis.
Cara
identifikasi secara kasar:
1.
Perhatikan letak klitelum dan seta
Misalnya :
Lumbricus,
Letak klitelum pada segmen 27 s/d 32
Pheretima , Letak klitelum pada segmen 14 s/d 16
Pheretima , Letak klitelum pada segmen 14 s/d 16
2.
Hitung banyaknya seta dan segmen
Misalnya
:
Lumbricus,
Jumlah segmen antara 90-195
Pheretima ,
Jumlah segmen antara 90-132
C. METODE
PRAKTIKUM
a.
Tempat dan Waktu Pelaksanaan : Lab.Lingkungan Biologi FMIPA UNY,
pada bulan November, untuk pembuatan pitfall trab dilaksanakan pada Selasa, 23
Oktober 2013, di hutan UGM.
b. Alat
dan Bahan
1. Pisau
2. Tanaman
leguminosa dengan bintil akar
3. Cat
metilaen blue
4.
2botol
bekas aqua gelas
5.
Kamera
6.
Detergent
7.
Alat
tulis
8.
Petunjuk
Praktikum Biologi Tanah
9.
Air
10. Plastik
11. Alkohol
12. Gelas benda+penutup
13. Mikroskop
c. Cara
kerja
Pengamatan
mikroba dengan metode slide contact :
1. Menentukan dua jenis lahan
yang berbeda kemudian membuat celah di dalam tanah dengan mengusahakan sedikit
mungkin gangguan pada tanah.
2. Memasukkan dengan hati-hati gelas slide dengan arah
vertikal, sampai tersisa kira-kira 1.5 cm dari permukaan tanah. Menekan kembali tanah ke arah gelas slide. Menyimpan di dalam kantong, dan memberi label.
3. Menginkubasi selama 2 hari.
4. Membersihkan permukaan gelas slide sebelah atas dari tanah,
kemudian menarik gelas slide dari belahan yang tidak
terganggu dengan mengangkat gelas slide tersebut secara hati-hati. Setelah
agregat tanah yang menempel pada gelas slide dilepaskan, mengering udarakan gelas slide tersebut. Dengan bantuan
aliran air, partikel tanah yang menempel pada permukaan tanah yang tidak
terganggu dilepaskan dengan hati-hati sampai hanya ada lapisan tipis yang
tertinggal.
5. Membersihkan permukaan gelas
slide pada belahan yang terganggu dengan kain basah yang steril. Lengketkan
mikroorganisme tanah pada gelas slide dengan membiarkan gelas slide tersebut
kering udara dan panaskan di atas nyala api.
6. Menempatkan gelas slide di atas bejana air yang mendidih
dan membasahi selama 6 sampai 10 menit dengan metilen blue.
7. Mengeringkan gelas slide tersebut dan mengamati gelas slide dengan menggunakan mikroskop; mencatat jumlah dan menggambar
spora.
Pengamatan
Rhizobium:
1. Menyediakan tanaman kacang-kacangan (Fabaceae/Leguminosae)
yang berbintil akar; menggambar letak, bentuk
dan ukuran bintil.
2. Membuat irisan melintang dan membujur bintil akar beserta
tempat terikatnya bintil tersebut dengan bagian akarnya menggunakan silet
kemudian meletakkan di gelas objek yang bersih, selanjutnya mengecat dengan metilen blue dan menunggu beberapa saat.
3. Mengamati dengan mikroskop muli dari pembesaran kecil, menggambar dan memberi
keterangan.
Identifikasi Cacing :
1. Mengambil cacing tanah dan
membiusnya dengan cara memasukkan kedalam kloroform.
2. Mengamati di bawah mikroskop dan
mengidentifikasi.
Pengamatan Mikrofauna,
Mesofauna, dan Makrofauna Tanah :
1. Menentuka dua buah lokasi sampling
yang berada di hutan milik UGM
2.
Mengambil
contoh seresah di sekitar lokasi sampling, yaitu 10 x 10cm sebanyak 0,5liter dan memasukkannya
ke dalam kantong plastik.
3.
Mengambil
sampel tanah sedalam 5-10cm dan memasukkannya ke dalam kantong plastik.
4.
Selanjutnya
mengambil sampel dengan metode pitfall
trap, dengan cara:
·
Menanam
botol bekas aqua gelas yang telah diisi air deterjent setinggi ± ¾ gelas
tersebut.
·
Menanam
botol sampai setinggi permukaan tanah.
·
Membiarkan
selama 24jam
·
Setelah
24 jam, kemudian memeriksa dan mengambil fauna tanah yang terjebak di dalamnya.
5.
Melakukan
identifikasi dan menghitung mesofauna dan makrofauna yang tertangkap di
laboratorium :
·
Untuk
sampel fauna yang didapat melalui metode pitfall
trap, identifikasi dilakukan dengan bantuan lub atau kaca pembesar.
·
Untuk
mesofauna dan makrofauna yang didapat dengan pengambilan seresah, identifikasi
dilakukan dengan menuang sedikit demi sedikit seresah ke dalam baki, dan
mengamatinya.
·
Sedangkan
untuk identifikasi mesofauna dan makrofauna dari sampel tanah dilakukan dengan tull green. Langkah yang dilakukan
adalah meletakkan botol jam atau botol aqua gelas berisi formalin dibawah
corong tull green. Selanjutnya,
memasukkan sampel tanah ke dalam wadah pada tull
green dan mendiamkan selama 4hari (tull
green dihidupkan lampunya). Setelah empat hari diamati mesofauna maupun
makrofauna yang ada.
D. HASIL
DAN PEMBAHASAN
Fauna
Tanah
|
Kelompok
|
||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
|
Hymenoptera
|
1
|
8
|
-
|
-
|
9
|
21
|
3
|
Orthoptera
|
-
|
2
|
-
|
-
|
-
|
1
|
-
|
Arachnida
|
-
|
2
|
-
|
1
|
-
|
1
|
2
|
Gastropoda
|
-
|
-
|
-
|
9
|
-
|
4
|
18
|
Coleoptera
|
-
|
-
|
-
|
2
|
1
|
1
|
-
|
Diptera
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1
|
1
|
-
|
Larva
fauna
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1
|
-
|
Chilopoda
|
1
|
1
|
-
|
-
|
-
|
1
|
2
|
Homoptera
|
-
|
-
|
-
|
1
|
-
|
-
|
-
|
Untuk makrofauna dan mesofauna yang
didapat melalui metode pit fall trap ,
kelompok kami mendapatkan :
Fauna
Tanah
|
Jumlah
|
Arachnida
|
1
|
Larva
fauna
|
10
|
Sedangkan untuk identifikasi cacing,
hasil yang teramati adalah cacing masuk dalam spesies Diplocardia singularis.
Dalam topik ini kegiatan yang
dilakukan adalah mengamati mikroorganisme tanah menggunakan metode slide
contact. Tujuan dari cara slide kontak ini adalah untuk mengamati populasi
mikroorganisme tanah dalam keadaan alami. Metode ini merupakan salah satu cara
observasi mikroorganisme tanah yang menempel pada gelas slide yang dibenamkan
ke dalam tanah selama beberapa waktu. Pembenaman gelas slide dilakukan secara
hati-hati ke dalam tanah. Untuk mendapatkan sampel mikroorganisme tanah
dilakukan dengan cara menggosokkan bongkah tanah pada permukaan slide tersebut.
Pada waktu gelas slide dibenamkan, kelompok organisme yang dapat menempel pada
permukaan slide dapat diamati. Bila dikerjakan dengan hati-hati seandainya ada
pembentukan spora maka spora tersebut dapat diusahakan agar tetap utuh.
![]() ![]() |
Dari hasil pengamatan di bawah mikroskop, nampak 1 buah spora
yang berada pada suatu benang atau disebut hifa. Spora tersebut berbentuk
menyerupai percabangan dan tercat berwarna biru oleh methylene blue. Apabila diamati secara seksama dan dibandingkan
dengan literature spora ini merupakan tipe Branched
conidiophores, hal ini dimungkinkan karena bentuknya yang membentuk suatu
percabangan. Spora ini bisa jadi dihasilkan oleh fungi yaitu organisme eukariotik yang
menghasilkan spora, tidak berklorofil, hidup secara heterotrof, dan tidak
memiliki flagella dalam daur hidupnya. Fungi memilik dinding yang tersusun atas
zat kitin (polisakarida). Struktural fungi berupa talus yaitu tubuh sederhana
yang tidak mempunyai akar, batang, dan daun. Sifat dari jamur sendiri adalah
heterotrof saprofit dan heterotrof parasit.
Fungi bereproduksi dengan menggunakan
spora mikrosopik, yaitu sel reproduktif yang tidak motil. Spora biasanya
dihasilkan oleh hifa aerial yang terspesialisasi. Hifa aerial pada beberapa
jamur membentuk struktur kompleks yang disebut badan buah (fruiting body). Spora dihasilkan dalam badan buah. Ada tiga bentuk
struktur reproduktif pada jamur yaitu gametangium, sporangium dan konidiofor.
Gametangium adalah strukutur tempat pembentukan gamet. Sporangium adalah
struktur tempat dibentuknya spora. Konidiofor adalah hifa terspesialisasi yang
menghasilkan spora aseksual yang disebut konidia.
Fungi dibedakan dalam tiga golongan
yaitu ragi (yeast), kapang, dan
jamur. Kapang dan jamur mempunyai arti penting bagi pertanian. Bila tidak
karena fungi ini maka dekomposisi bahan organik dalam suasana masam tidak akan
terjadi (Soepardi 1983). Kapang, tubuh vegetatifnya berbentuk filamen panjang
bercabang yang seperti benang, disebut hifa. Hifa akan memanjang dan menyerap
makanan dari permukaan substrat. Hifa akan membentuk jarring-jaring benang kusut,
disebut miselium. Beberapa hifa berbentuk senositik, artinya hifa-hifa tidak
terpisah dalam ruang-ruang atau sel-sel, melainkan membentuk sebuah sel raksasa
berinti banyak. Jenis hifa yang lain ada yang terpisah dalam ruang-ruang oleh
septa (dinding). Setiap sel dapat mengandung lebih dari 1 inti sel. Ragi
(yeast), jamur dalam kelompok ini bersifat uniseluler (berinti satu), bentuknya
bulat atau oval. yeast hampir ditemukan di semua tempat, seperti di tanah,
daun, buah, serta pada tubuh manusia.
Dari
hasil pengamatan dengan metode slide contact ini ditemukan juga suatu struktur
benang yang dimungkinkan bahwa itu merupakan kapang dengan struktur hifa.
Berikut ini merupakan hasil pengamatan kami dengan menggunakan mikroskop.

Gambar 2. Struktur Hifa
Jadi
menurut kelompok kami spora tersebut merupakan spora yang dihasilkan oleh
kapang yaitu salah satu kelompok jamur yang berstruktur benang (hifa). Fungi
mempunyai peranan penting bagi tanah, yaitu berperan dalam perubahan susunan
tanah. Selain itu fungi juga berperan dalam proses dekomposisi bahan organik
dalam suasana masam. Fungi tidak berklorofil sehingga mereka menggantungkan
kebutuhan akan energi dan karbon dari bahan organic
Pengamatan Rhizobium dengan
pengecatan sederhana
Kegiatan pengamatan mikroorganisme
selanjutnya adalah mengamati rhizobia atau bakteri yang terdapat pada bintil
akar tanaman Leguminosae dengan metode pengecatan.
Dalam praktikum ini tanaman yang digunakan adalah kacang tanah. Adapun prosedur
yang dilakukan yaitu membuat irisan melintang menggunakan silet kemudian
meletakkannya di atas gelas benda yang bersih dan ditetesi menggunakan
methylene blue. Hasil irisan tersebut kemudian di amati di bawah mikroskop.
Dari hasil pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut



Gambar hasil
pengamatan bintil akar (rhizobium)
Dari gambar hasil pengematan di atas
nampak adanya sel-sel yang terinfeksi rhizobium. Bakteri ini nampak berbentuk
bulat dan tercat berwarna kuning kemerahan. Bakteri bintil akar atau rhizobia
merupakan bakteri rizosfir yang mampu melakukan penambatan nitrogen udara
melalui simbiosis dengan tanaman kacang-kacangan (simarmarta,1995). Bakteri
dalam genus Rhizobium merupakan bakteri gram negatif, berbentuk bulat
memanjang, yang secara normal mampu memfiksasi nitrogen dari atmosfer. Bakteri
ini hidup dalam sel-sel akar dan memperoleh makanannya dari sel-sel tersebut.
Rhizobium yang tumbuh dalam bintil akar leguminoceae mengambil nitrogen
langsung dari udara dengan aktifitas bersama sel tanaman dan bakteri. Nitrogen
tersebut disusun menjadi senyawaan nitrogen seperti asam-asam amino dan
polipeptida yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan, bakteri dan tanah
disekitarnya. Sebagai gantinya, bakteri rhizobia menggunakan beberapa
karbohidrat
tanaman
yang dihasilkan
melalui
fotosintesis. Baik bakteri maupun legum tidak dapat
menambat nitrogen secara mandiri, bila Rhizobium tidak ada dan nitrogen tidak
terdapat dalam tanah maka legum tersebut akan mati. Sehingga hubungan yang
terjadi antara bakteri rhizobium dan tanaman legume merupakan simbiosis mutualistik
(hubungan yang saling menguntungkan)
Rhizobium
menginfeksi akar leguminoceae melalui
ujung-ujung bulu akar yang tidak berselulose, karena bakteri Rhizobium tidak
dapat menghidrolisis selulose. Kemudian ia berkembang di dalam akar dan
menyebabkan jaringan akar tumbuh berlebihan hingga membentuk tonjolan kea rah
luar yang disebut bintil.

Sumber : www.biosci.ohio-state.edu
Rhizobium ini mempunyai peranan yang
sangat penting, karena dengan adanya bakteri Rhizobium dapat membantu tanaman
untuk mengikat nitrogen di dalam tanah sebagai kelangsungan hidup tanaman. Bintil-bintil
akar melepaskan senyawa nitrogen organik ke dalam tanah tempat tanaman hidup.
Dengan demikian terjadi penambahan nitrogen yang dapat menambah kesuburan
tanah.
Identifikasi Cacing Tanah:
Identifikasi cacing tanah secara kasar
adalah dengan melihat bentuk luarnya (morfologi) dan yang lebih teliti dengan
melihat organ-organ dan jaringan-jaringannya secara mikroskopis. Cara kasar
dapat dilakukan dengan dengan memperhatikan letak klitelum, letak seta,
banyaknya seta dan banyaknya segmen. Dari hasil pengamatan praktikan dapat
diketahui bahwa cacing tanah memiliki segmen di bagian luar dan dalam tubuhnya.
Antara satu segmen dengan segmen lainya terdapat sekat yang disebut septa. Menurut
teori, pembuluh darah, sistem ekskresi, dan sistem saraf di antara satu segmen
dengan segmen lainnya saling berhubungan menembus septa. Rongga tubuh berisi
cairan yang berperan dalam pergerakkan annelida dan sekaligus melibatkan
kontraksi otot. Ototnya terdiri dari otot melingkar (sirkuler) dan otot
memanjang (longitudinal).
Cacing tanah juga mempunyai struktur
pembantu pergerakan yang disebut seta, fungsinya adalah sebagai jangkar supaya
lebih kokoh pada tempat bergeraknya. Bila seekor cacing tanah ditarik dari
lubangnya, tubuhnya akan putus. Hal ini disebabkan karen daya lekat seta. Alat
bantu lainnya adalah lendir yang dihasilkan oleh kelenjar lendir pada
epidermisnya. Lendir (mucus) ini terus diproduksi untuk melapisi seluruh
tubuhnya, supaya lebih mudah bergerak ditempat-tempat yang kasar, misalnya pada
daun-daun dan ranting-ranting tanaman yang gugur. Lendir dipakai untuk
memperlicin saluran atau lubang didalam tanah, sehingga leluasa bergerak
didalam lubang. Dari hasil identifikasi, dapat diketahui bahwa cacing tanah
yang praktikan amati merupakan spesies Diplocardia
singularis
Pengamatan
Mesofauna dan Makrofauna Tanah
Kegiatan observasi mesofauna dan makrofauna
ini bertujuan agar mahasiswa dapat
mengetahui cara pengamatan organisme yang hidup dalam tanah, khususnya
mesofauna dan makrofauna tanah. Selain itu juga untuk menentukan keanekaragaman
mesofauna dan makrofauna tanah dalam area pengamatan tertentu dan dapat
menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi keanekaragaman mesofauna dan
makrofauna tanah.
Teknik yang digunakan dalam kegiatan ini
yaitu metode pitfall trap, hand collection dan toll
green. Metode
pitfall trap merupakan metoda pengumpulan hewan tanah dengan cara memasang perangkap
jebak. Metode ini dapat berupa tabung atau bejana tinggi sederhana yang
dibenamkan ke dalam tanah (biasanya menggunakan gelas aqua), hingga mulut
tabung itu rata dengan permukaan tanah atau serasah yang menutupinya. Sedangkan
untuk cacing tanah digunakan metode Hand
Collection (koleksi langsung manual) namun untuk penentuan titik sampel
adalah mencari titik sampel yang kemungkinan terdapat cacing tanahnya lalu
dibuat tiga titik ulangan sampel. Kemudian melakukan penghitungan kuantitatif
dengan cara mengumpulkan langsung dengan tangan pada tempat sampling seperti
pada lapisan serasah organik yang berstruktur lepas. Tollgreen yaitu merupakan metode pemilihan organism tanah dengan menggunakan
cahaya. Cahaya akan membuat organism tanah menjauhi cahaya, sehingga organism
tanah masuk ke dalam seresah, dan akhirnya jatuh ke tempat penampungan yang
berisi alcohol. Hal ini dikarenakan terdapat lubang pada bagian bawah dari tullgreen ini.
Salah satu organisme penghuni tanah yang
berperan sangat besar dalam perbaikan kesuburan tanah adalah fauna tanah. Fauna
tanah merupakan salah satu kelompok heterotrof utama di dalam tanah. Anggota
fauna ini sangat beragam, berdasarkan ukuran tubuhnya, fauna tanah dibedakan
menjadi 3 golongan, yaitu Mikrofauna, yaitu hewan tanah yang ukuran tubuhnya
20-200 μ, misal ; Protozoa, Acarina, Nematoda, Rotifera, dsb. Mesofauna, yaitu hewan
tanah yang ukuran tubuhnya 200 μ -1 cm, misal ; Acarina, Collembola, Nematoda,
Rotifera, Araneida, Larva serangga, Isopoda, dsb. Makrofauna, yaitu hewan tanah yang ukuran tubuhnya ≥ 1
cm. Misal : Megascolesidae, Mollusca, Insecta, Vertebrata kecil dsb.
(Wallwork,1974)
Dari kegiatan ini diperoleh 7 jenis
makrofauna yaitu Orthoptera, coleoptera, diptera, homoptera, chilopoda, larva
tanah, dan hymenoptera dan 2 jenis mesofauna yaitu arachnida, dan gastropoda.
Dalam pengamatan ini terdapat 7 kelompok dengan tempat pengamatan yang
berbeda-beda. Pada makrofauna total orthopter yang ditemukan berjumlah 3 buah,
coleopteran sebanyak 7, dipteral berjumlah 3, homoptera 1 buah, chilopoda 4
buah, larva tanah 4, dan hymenoptera sebanyak 42 buah. Sedangkan pada
mesofaunanya ditemukan arachnid berjumlah 7 dan gastropoda sejumlah 32 buah.
Makrofauna
tanah yang ditemukan tersebut mempunyai peranan sangat penting dalam tanah
yaitu sebagai pendekomposisi bahan organik terutama seresah daun yang terdapat
dalam hutan tersebut dalam penyediaan unsur hara. Proses dekomposisi dalam
tanah tidak akan mampu berjalan cepat bila tidak ditunjang oleh kegiatan
makrofauna tanah. Makrofauna akan meremah-remah substansi nabati yang mati,
kemudian bahan tersebut dikeluarkan dalam bentuk kotoran, butiran kotoran
tersebut akan dikeluarkan dalam bentuk kotoran pula, sebab kotoran organism
perombak ini juga akan ditumbuhi bakteri. Bahan-bahan ini akan diromabak oleh
mikroorganisme, terutama bakteri, untuk diuraikan lebih lanjut dengan bantuan
enzim spesifik sehingga terjadi prose mineralisasi.
Begitu
pula dengan mesofauna yang berperan sebagai subsistem dekomposisi, yaitu
sebagai perombak awal bahan makanan, seresah, dan bahan organik lainnya
(seperti kayu dan akar), mereka mengkonsumsi bahan-bahan tersebut dengan cara
melumatkan dan mengunyah bahan-bahan tersebut. Mesofauna akan melumat bahan dan
mencampurkan dengan sisa-sisa bahan orgabik lainnya, sehingga menjadi fragmen
berukuran kecil yang siap untuk didekomposisi oleh mikrobia tanah (Handayantto,
1996).
Dalam
praktikum ini kami juga menghitung nilai indeks keanekaragaman menggunakam
rumus Shannon untuk mengetahui keanekaragaman jenis yang terdapat di lokasi
pengamatan. Indeks diversitas (keanekaragaman) rumus Shannon, yaitu:

Keterangan
:
H’ = indeks diversitas Shannon
Pi = proporsi dari jumlah individu setiap jenis
(∑ni/N)
ni = jumlah individu/spesies
N = jumlah total individu
Nilai
tolak ukur
H’
< 1,0 Keanekaragaman rendah, miskin, produktivitas sangat rendah sebagai
indikasi adanya tekanan yang berat dan ekosistem tidak stabil
1,0
< H’ < 3,322 Keanekaragaman sedang, produktivitas cukup, kondisi
ekosistem cukup seimbang, tekanan ekologis sedang.
H’ > 3,322
Keanekaragaman tinggi, stabilitas ekosistem mantap, produktivitas tinggi, tahan
terhadap tekanan ekologis.
Dari
hasil penghitungan yang telah dilakukan diketahui indeks diversitas (H’) yang
diperoleh yaitu 3,92 yang berarti bahwa keanekaragaman jenis di lokasi ini
sangat tinggi, stabilitas ekosistemnya mantap, mempunyai produktivitas yang
tinggi dan tahan terhadap tekanan ekologis.
Keberadaan
mesofauna dan makrofauna dalam tanah sangat tergantung pada ketersediaan energi
dan sumber makanan untuk melengsungkan hidupnya, seperti bahan organik dan
biomassa hidup yang semuanya berkaitan dengan aliran siklus karbon dalam tanah.
Dengan ketersediaan energi dan hara bagi mesofauna tanah tersebut, maka
perkembangan dan aktivitas mesofauna tanah akan berlangsung baik dan timbal
baliknya akan memberikan dampak positif bagi kesuburan tanah. Kegiatan fauna
tanah ini mampu mempengaruhi fisik tanah dan dinamika hara melalui pengaruh
terhadap immobilisasi dan humifikasi (Lavelle et.al., 1992)
E. KESIMPULAN
Berdasarkan
pengamatan dan hasil dari kegiatan pertama tentang observasi mikroorganisme,
maka dapat disimpulkan bahwa salah satu
mikroorganisme yang ditemukan di dalam tanah adalah jamur (kapang) dengan
struktur hifa. Dari metode slide contact ditemukan 1 spora yang tercat berwarna
biru oleh methylen blue dengan tipe branched
conidophore. Kehati-hatian dalam membenamkan dan membersihkan tanah mempengaruhi jumlah spora yang dapat kita
temukan di bawah mikroskop. Spora yang teramati tersebut adalah spora yang
dihasilkan oleh kapang.
Dari
hasil kegiatan kedua disimpulkan bahwa rhizobium merupakan bakteri penambat
nitrogen yang hidup di dalam tanah dan berasosiasi simbiotik dengan sel akar
legume (kacang-kacangan). Rhizobium yang tumbuh dalam bintil akar leguminoceae
mengambil nitrogen langsung dari udara, nitrogen itu disusun menjadi senyawaan
nitrogen seperti asam-asam amino dan polipeptida yang ditemukan dalam
tumbuh-tumbuhan, bakteri dan tanak disekitarnya. Dengan
demikian terjadi penambatan nitrogen yang dapat menambah kesuburan tanah.
Dari hasil identifikasi cacing
tanah dapat diketahui bahwa spesies yang praktikan amati adalah Diplocardia
singularis
Dari hasil pengamatan mesofauna, makrofauna tanah dapat
disimpulkan bahwa teknik
yang digunakan untuk mendapatkan organisme dan mengamatinya adalah metode pitfall trap, hand collection dan toll green. Hasil pengamatan mendapatkan 7 jenis makrofauna yaitu Orthoptera,
coleoptera, diptera, homoptera, chilopoda, larva tanah, dan hymenoptera dan 2
jenis mesofauna yaitu arachnida, dan gastropoda. Sedangkan pada mesofaunanya
ditemukan arachnida
berjumlah 7 dan gastropoda sejumlah 32 buah. Makrofauna tanah yang
ditemukan tersebut mempunyai peranan sangat penting dalam tanah yaitu sebagai
pendekomposisi bahan organik terutama seresah daun yang terdapat dalam hutan
tersebut dalam penyediaan unsur hara. Begitu
pula dengan mesofauna yang berperan sebagai subsistem dekomposisi, yaitu
sebagai perombak awal bahan makanan, seresah, dan bahan organik lainnya
(seperti kayu dan akar), mereka mengkonsumsi bahan-bahan tersebut dengan cara
melumatkan dan mengunyah bahan-bahan tersebut.
Comments
Post a Comment